Sunday 13 December 2015

Salam Perpisahan

Dulu aku yang berkata, "Aku tak suka kau menjelma menjadi orang lain. Aku hanya ingin kamu menjadi dirimu sendiri." Namun, entah sekarang mengapa aku yang bersikukuh untuk menjelma menjadi orang lain. Menjadi 'seperti' wanita yang kau ingini. Yang mungkin masih kau suka hingga sekarang. Sejak saat itu, saat aku tahu. Aku ingin sekali menjelma menjadi orang lain. Yang mungkin tak hanya kau lirik, namun sudi jua kau pandang.

Dulu aku yang berkata, "Aku tak suka ucapan perpisahan. Jika kau ingin pergi, pergilah. Aku tak akan mencarimu. Pun tak akan menengok ke belakang untuk melihatmu." Namun, entah sekarang mengapa aku yang ingin sekali mengucapkan salam perpisahan padamu. Kurasa, aku sekarang tahu apa gerangan yang kau pikirkan. Tidak lain ada hal ingin kau sampaikan namun hanya bisa kau ucap dengan salam perpisahan. Maafkan aku yang saat itu tak memberimu kesempatan.

Sekarang entah apa yang akan kulakukan. Menjadi orang lain atau akan tetap menjadi diriku sendiri. Jujur aku memang iri. Tak usah kusampaikan kau pun tahu alasannya. Tak usah bertanya kau pun tahu jawabannya.

Sekarang aku ingin menikmati kesendirianku. Lebih tepatnya belajar menikmati. Karena memang aku bukan orang yang mudah menerima untuk diduakan badan maupun hatinya. Aku tahu tak ada lelaki di dunia ini yang hatinya mampu setia pada satu wanita. Karena memang hakikat dari surga ia sudah diciptakan untuk dua bidadari. Aku tahu itu. Tapi aku masih sulit menerima bila itu sudah hukum alam.

Nanti, entah aku akan menemukan sosok yang aku harapkan atau tidak aku tak terlalu memikirkannya. Bukankah Tuhan itu Maha Adil? Jika diriku tak dipertemukan jodoh di dunia, pasti Tuhan akan memberi gantinya. :)

Terimakasih, karena pernah mencintai diriku yang tak secantik yang lain. Aku berterimakasih karena pernah bertemu denganmu. Terimakasih kau telah mengajarkanku banyak hal yang tak aku mengerti sebelumnya, yang asing dihidupku sebelum bertemu denganmu. Dan aku minta maaf atas semua yang salah di matamu, yang pernah kugores di hatimu. Aku pun sudah mulai belajar memaafkanmu walau tak ingin lagi kumelihatmu. Semoga kita bisa berteman baik di masa mendatang, bukan saat ini, namun saat kita bertemu lagi. Suatu saat nanti.

Nayna Azuyyina | Kediri, 13 Desember 2015