Kabut pagi menyelimuti jalan beraspal. Aku menunggang kuda
yang mebawaku lari sampai ke rel kereta api. Palangan penutup rel telah siaga, mempersilakan
sang raja ular lewat dan melihat rakyat yang hormat padanya. Raja itu bertuliskan
“KA Gajaya, Malang-Jakarta”. Mengingat pagi itu berjabat tangan.
Dihantarkannya aku pulang, pergi ke stasiun SIDOARJO untuk mengucapkan salam perpisahan padaku. Dia yang meneteskan air mata melihat kepergianku. KA datang dan aku menghilang di balik tembok besinya. Berbalik sekarang, matahari dan KA Gajaya 13-02-2012 menjadi saksi kerinduanku padanya. Sekilas aku meneteskan air mata. Namun sekarang dia menghilang. Tak ada kabar bagai ditelan bumi. Hanya bisa meratapi.
Dihantarkannya aku pulang, pergi ke stasiun SIDOARJO untuk mengucapkan salam perpisahan padaku. Dia yang meneteskan air mata melihat kepergianku. KA datang dan aku menghilang di balik tembok besinya. Berbalik sekarang, matahari dan KA Gajaya 13-02-2012 menjadi saksi kerinduanku padanya. Sekilas aku meneteskan air mata. Namun sekarang dia menghilang. Tak ada kabar bagai ditelan bumi. Hanya bisa meratapi.
No comments:
Post a Comment