
Aku tak terbiasa berkomunikasi baik dengan temanku. Aku
selalu membohongi mereka dengan raut wajahku yang ceria. Aku tak terbiasa
bercerita tentang curahan hatiku kepada sesama, tapi aku lebih memilih aku
mencurahkannya dalam dunia maya. Aku tahu, dunia maya memang tak bisa berbuat
apa-apa. Ia hanya mampu menampung semua curahan hati. Tak sekiranya memberikan
solusi.
Tapi mengapa aku lebih merasa hidup di dalamnya daripada di duniaku
sendiri. Aku banyak memiliki akun jejaring sosial. Hampir semua akun jejaring
sosial sudah aku jelajahi. Namun hanya 2-5 saja yang sering aku gunakan, yang
lain aku hanya coba-coba saja.
Aku lebih banyak menggunakan waktuku untuk berburu informasi
di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Karena aku merasa dunia nyata itu bukan
duniaku. Dan mereka semua yang kuajak bicara tak mengerti apa yang aku
bicarakan. Aku lebih banyak menggunakan waktuku untuk menulis sebuah karya
tulis―entah itu sekedar curahan hati, artikel, atau hanya sebuah kata-kata
motivasi sederhana― ketimbang berbicara dengan mereka yang hanya diam saja
mendengar ucapanku. Jika berada di tengah-tengah mereka yang berwujud
sepertiku, aku merasa asing, aku merasa bukan tempatnyalah aku berada di sana
bersama mereka yang bisa berbicara dengan baik, dan aku merasa aku bagaikan
makhluk kecil yang tak berguna di hadapan mereka yang hanya bisa diam saja
mendengar ocehan mereka.
Terkadang aku bercermin diri. Aku yang memang ada kekurangan
ataukah mereka yang tak tahu aku mempunyai kelebihan. Tapi yang pasti mereka
memandangku rendah. Aku pun terkadang bingung dengan keadaanku yang seperti
ini. Terus kuputar otak untuk menemukan jawabannya, tapi alhasil juga tetap
“nol”―aku tidak menemukan jawabannya.
Satu orang yang sangat mengerti aku. Dia bukan siapa-siapa
bagiku, dia hanya teman biasa yang pernah mengisi hatiku. Namun setelah kami
bubar, kami masih tetap menjadi teman seperti pada sebelumnya. Dia selalu bisa
membaca keadaanku sekarang, dia mengerti kalau aku membutuhkan seseorang
seperti dia, dia pun memberikan kesempatan itu untukku, namun dia memiliki
pujaan hati yang lain. Rela tak rela aku harus merelakan demi kebahagiaannya
pula. Terkadang aku berpikir, jika suatu saat nanti aku dan dia sudah berada
jauh jarak dan kami tak saling kontak lagi, apakah aku bisa menemukan yang
seperti dia lagi? Yang bisa memahami aku dan juga mengerti keadaanku. Hanya dia
satu-satunya orang yang tahu bagaimana aku. Jika sudah seperti ini, mungkin
juga memang sudah jalanku seperti ini. Aku pun harus merelakannya dan juga siap
menerima, pun menghadapi apa yang akan terjadi.
Aku percaya Tuhan itu adil. Dia mengabulkan apa yang diminta
hamba-Nya sesuai dengan keinginan dan usahanya. Aku percaya Tuhan itu senag
jika melihat hamba-Nya pantang menyerah dan tak mudah putus asa. Dan aku juga
yakin akan satu hal, takdir itu berada di tanganku sendiri, bukan di tangan
orang lain. Tuhan bisa mengatur rencana hidupku dengan tangan-Nya, namun aku
juga ditakdirkan untuk berusaha, dan aku akan menyentuhtangan Tuhan dengan
usahaku.
#Be your self. If you can, you can!!!
No comments:
Post a Comment