Sunday, 10 March 2013

Sekilas Hidupku



Aku gadis remaja berusia 18 tahun. Aku merasa berbeda dengan teman-temanku, orang lain atau siapa pun. Aku merasa aku tidak sama dengan mereka semua. Yah, memang aku manusia seperti mereka, tapi yang membuat aku beda adalah sikapku, perasaanku dan hal yang semacam tak terlihat.

Aku tak terbiasa berkomunikasi baik dengan temanku. Aku selalu membohongi mereka dengan raut wajahku yang ceria. Aku tak terbiasa bercerita tentang curahan hatiku kepada sesama, tapi aku lebih memilih aku mencurahkannya dalam dunia maya. Aku tahu, dunia maya memang tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mampu menampung semua curahan hati. Tak sekiranya memberikan solusi.
Tapi mengapa aku lebih merasa hidup di dalamnya daripada di duniaku sendiri. Aku banyak memiliki akun jejaring sosial. Hampir semua akun jejaring sosial sudah aku jelajahi. Namun hanya 2-5 saja yang sering aku gunakan, yang lain aku hanya coba-coba saja.

Aku lebih banyak menggunakan waktuku untuk berburu informasi di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Karena aku merasa dunia nyata itu bukan duniaku. Dan mereka semua yang kuajak bicara tak mengerti apa yang aku bicarakan. Aku lebih banyak menggunakan waktuku untuk menulis sebuah karya tulis―entah itu sekedar curahan hati, artikel, atau hanya sebuah kata-kata motivasi sederhana― ketimbang berbicara dengan mereka yang hanya diam saja mendengar ucapanku. Jika berada di tengah-tengah mereka yang berwujud sepertiku, aku merasa asing, aku merasa bukan tempatnyalah aku berada di sana bersama mereka yang bisa berbicara dengan baik, dan aku merasa aku bagaikan makhluk kecil yang tak berguna di hadapan mereka yang hanya bisa diam saja mendengar ocehan mereka.

Terkadang aku bercermin diri. Aku yang memang ada kekurangan ataukah mereka yang tak tahu aku mempunyai kelebihan. Tapi yang pasti mereka memandangku rendah. Aku pun terkadang bingung dengan keadaanku yang seperti ini. Terus kuputar otak untuk menemukan jawabannya, tapi alhasil juga tetap “nol”―aku tidak menemukan jawabannya.

Satu orang yang sangat mengerti aku. Dia bukan siapa-siapa bagiku, dia hanya teman biasa yang pernah mengisi hatiku. Namun setelah kami bubar, kami masih tetap menjadi teman seperti pada sebelumnya. Dia selalu bisa membaca keadaanku sekarang, dia mengerti kalau aku membutuhkan seseorang seperti dia, dia pun memberikan kesempatan itu untukku, namun dia memiliki pujaan hati yang lain. Rela tak rela aku harus merelakan demi kebahagiaannya pula. Terkadang aku berpikir, jika suatu saat nanti aku dan dia sudah berada jauh jarak dan kami tak saling kontak lagi, apakah aku bisa menemukan yang seperti dia lagi? Yang bisa memahami aku dan juga mengerti keadaanku. Hanya dia satu-satunya orang yang tahu bagaimana aku. Jika sudah seperti ini, mungkin juga memang sudah jalanku seperti ini. Aku pun harus merelakannya dan juga siap menerima, pun menghadapi apa yang akan terjadi.

Aku percaya Tuhan itu adil. Dia mengabulkan apa yang diminta hamba-Nya sesuai dengan keinginan dan usahanya. Aku percaya Tuhan itu senag jika melihat hamba-Nya pantang menyerah dan tak mudah putus asa. Dan aku juga yakin akan satu hal, takdir itu berada di tanganku sendiri, bukan di tangan orang lain. Tuhan bisa mengatur rencana hidupku dengan tangan-Nya, namun aku juga ditakdirkan untuk berusaha, dan aku akan menyentuhtangan Tuhan dengan usahaku.

#Be your self. If you can, you can!!!

No comments:

Post a Comment