Aku tanya pada bulan
Namun ia membisu
Aku tanya bintang
Ia malah mengalihkan pandangnya dariku
Aku tanya pada angin
Namun ia hanya lewat acuhkanku
Aku tanya pada rumput yang bergoyang
Ia malah asik bercumbu dengan hewan malam
Lalu, aku tatap langit dengan pilu
Ia malah ikut menangisiku
Aku tatap dahan pohon basah
Namun ia meringkuk mengabaikanku
Aku tatap sawah kelam sunyi
Ia malah merunduk tak pedulikanku
Aku tatap lampu-lampu megah tengah kota
Namun mereka sibuk membanggakan diri
Lalu, kulihat dalam hatiku yang kerontang
Ku tak temukan cintamu di sana
Jauh kulihat lubuk hatimu terdalam
Ternyata bukan aku yang kau simpan
Aku selalu bertanya pada hatiku. Adakah cintamu untukku?
Ataukah aku hanya sekedar penghibur untukmu kala engkau kesepian? Aku bukan
meragukanmu, namun sikapmulah yang seolah-olah tak memberikan keyakinan itu
padaku. Aku tahu, kenangan hanyalah kenangan. Semua tak bisa engkau hapus
begitu saja dalam benakmu. Namun, dengan engkau selalu mengingat itu semua seakan
engkau ingin kembali ke masa itu lagi. Bersamanya. Saat bahagia bersama
dirinya. Masa lalumu yang sangat engkau cintai.
Selalu terngiang di telingaku kala engkau sebut namanya.
Semua yang pernah engkau katakan padaku tentangnya, kini juga tersimpan dalam
memori kalbuku. Setiap kali kupandang matamu, seakan wajahnya terukir di sana.
Setiap kali kuingat namamu, seakan namanya juga sudah terukir di hatimu. Lalu,
di manakah tempatku berada? Di matamu pun tak ada. Apalagi untuk menyinggahi
hatimu? Sungguh, aku benar-benar belum beruntung.
No comments:
Post a Comment